▪ Belajar Senyum ▪
“Hey Datar.” terdengar samar-samar seseorang berteriak ke arahku ketika jam perkuliahan baru saja selesai.
“Kok manggil aku Datar?” tanyaku heran
“Ya karena muka kamu datar.” sesaat setelah itu, ia kemudian berjalan keluar dari kelas begitu saja.
Berawal dari percakapan singkat tersebut, sepulang dari kampus, buru-buru aku mencari cermin di kamar, kuhadapkan diriku pada benda itu sambil bertanya-tanya,
“Mirror, mirror on the wall, maksudnya datar itu gimana?” sembari menatap wajahku lekat-lekat, ingatanku kembali berputar pada obrolan beberapa tahun silam,
"Kamu tuh mukanya senyum dikit dong kayak gini nih,” ucap Ibu sambil menunjukan ekspresi tersenyum padaku. Adikku pun ikut-ikut-ikutan nimbrung ke dalam obrolan,
“Iya nih kakak, temen-temen aku aja bilang kalo kakak mukanya antagonis.”
”Hooh, itu tetangga juga pernah nanya‘kakakmu itu mukanya kenapa marah-marah terus?‘”
Setelah mendengar perbincangan tersebut, rasa-rasanya kuingin teriak "KAN MUKA AKU DARI LAHIR UDAH BEGINI.” Tapi ya endingnya gajadi teriak. Lagi pula aku takut dikutuk Ibu.
Dari keluhan-keluhan mengenai ekspresi wajah tersebut. Keesokan harinya aku mencoba untuk ‘belajar tersenyum’. Iya, mau senyum aja aku belajar, kemana-mana senyum, nunggu angkot depan rumah saat hendak ke sekolah, aku senyum.
Duduk berhimpitan di angkot dengan emak-emak yang kalo ngomong suka ngegas, aku senyum. Masuk ke kelas, meski belum ada siapapun di sana, aku senyum. Pokoknya senyum terus aja gitu. Namanya juga belajar kan, practice makes perfect.
Sampai suatu ketika di kelas, saat sedang dalam pelajaran Tiketing. Salah seorang temanku yang mungkin sudah tidak tahan melihat tingkahku pun dengan lantang memanggil,
“Novi”
“Ya,” jawabku sambil tetap tersenyum manis
“Kamu jatuh cinta ya? atau… gila?”
Tanyanya
“Hah? Maksudnya?” Aku menjawab dengan kening mengerut, heran.
“Ya itu, senyum terus”
“Engga.” aku meresponnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Suasana kembali hening.
"Aku biasa-biasa aja dibilang wajahku kayak orang marah, aku senyum eh dibilang gak waras, serba salah aku tuh.“ ucapku dalam hati sambil tetap belajar senyum, seperlunya. Fiuh~